Tiada kata Mustakhil dalam Hidup |
![]() |
![]() |
Ditulis oleh admin JDS |
Sudah menjadi kelemahan manusia apabila
ia mencinta atau merindu, membenci dan sedih, ia pendam sendiri.
Termasuk juga di antara kelamahan tersebut adalah ia melihat dengan
sudut pandangnya, tetapi tidak komprehensif dan menggunakan daya
nalarnya. Sementara itu, ia sama sekali tidak mau mengambil pelajaran.
Misalnya, bisa saja seseorang melihat pesawat terbang, astronot yang
mendarat di bulan, penyelam yang sampai di dasar laut, telepon yang
digunakan berkomunikasi dalam jarak yang amat jauh, jaringan internet,
sementara ia sama sekali tidak merasa optimis, bahkan terpuruk dalam
frustasi, pesimis, lemah, tak bisa meraih sukses dan maju.
Mungkin Anda bertanya-tanya, apa hubungannya kemajuan teknologi di atas dengan rasa pesimis dan frustrasi? Sebelumnya, ada baiknya menyimak kisah yang cukup menarik berikut ini.
Alkisah, di Universitas Kolombia,
seorang mahasiswa menghadiri mata kuliah fisika. Ia duduk di bangku
belakang dan tak lama kemudian ia tertidur pulas. Di akhir kuliah, ia
terbangun karena suara berisik orang-orang yang meninggalkan ruangan
kuliah. Ia melihat ke papan tulis, di sana ia menemukan sang dosen
menuliskan dua pertanyaan yang kemudian ia catat dengan begitu cepat
kemudian keluar ruangan. Sesampainya di rumah, ia memikirkan pertanyaan
tersebut dan berusaha untuk menemukan jawabannya.
Dua pertanyaan tersebut memang sangat susah. Maka, ia pun pergi ke perpustakaan kampus untuk mencari beberapa literatur yang berkaitan dengan dua pertanyaan tersebut. Selama 4 hari, ia baru menyelesaikan satu pertanyaan. Ia pun sedikit kesal dengan dosen yang telah memberikan pertanyaan yang amat sulit itu.
Pada perkuliahan berikutnya, ia
keheranan mengapa dosennya tidak meminta jawaban dua pertanyaan itu.
Maka pergilah ia menemui sang dosen dan berkata, “Pak, selama 4 hari
saya menyelesaikan pertanyaan Anda dalam 4 lembar kertas ini, dan itu
pun baru satu soal.”
Dosennya pun terkejut, “Aku tidak
memberikan tugas untukmu, kok! Ketahuilah, dua pertanyaan yang aku tulis
di papan kemarin tak lain adalah dua masalah untuk menggambarkan kepada
para mahasiswa bahwa ilmu pengetahuan tidak memberikan jawaban.”
Apa pendapatmu dengan kisah tersebut?
Anda masih ingin tahu apa hubungannya antara penemuan dan kaitannya
antara pesimis dan optimis?
Sobat, ketahuilah faktor yang
menyebabkan Anda jatuh dan terjerambak dalam kesedihan dan putus asa
tidak lain karena Anda memandang bahwa mimpi yang Anda alami hanyalah
kabut semalam. Anda merasa bahwa untuk mencapai semua itu serasa
mustakhil. Parhatikan penemuan-penemuan teknologi moderen! Apakah
sebelumnya telah terbayang bahwa manusia dapat terbang di antara awan
seperti burung? Apakah sebelumnya manusia terbayang bahwa di antara
mereka ada seseorang yang mampu berenang di dalam air bersama ikan-ikan?
Apakah sebelumnya terbayang bahwa seseorang dapat melakukan komunikasi
jarak jauh dengan menggunakan alat telekomunikasi? Atau dengan layar
kecil seperti yang sekarang ini marak digunakan? Di manakah letak
mustakhil itu sekarang?
Kata “mustakhil” tidak lain adalah
sekumpulan huruf yang dirangkai oleh orang-orang lemah dan malas, yaitu
mereka yang tak mau merasa capek, kesulitan dan berat karena memikul
tanggung jawab. Sementara itu, orang-orang yang mencintai obsesinya
tidak mengenal kata ini dalam kamus hidupnya, sebab ia akan selalu
berjalan di atas rel yang akan menyampaikan dirinya pada tujuan yang
tepat sesuai keinginannya. Baginya, yang ada hanyalah terus melangkah,
1000 mil, baginya harus dimulai dari selangkah.
Sekarang Anda tahu ‘kan hubungan antara
pesimis dan optimis? Seberat apa dan sesulit apa mimpi dan obsesimu itu
masih belum seberapa jika dibandingkan dengan penemuan-penemuan mereka.
Padahal, saat itu semua orang menilai obsesi mereka sebagai hal yang
amat mustakhil. Akan tetapi setelah Anda benar-benar mengusahakannya,
maka teranglah bagi Anda bahwa mimpu itu jauh dan Anda akan menggapainya
selangkah demi selangkah. Ketika Anda telah melakukannya maka andalah
yang memilikinya. Jangan katakan bahwa Anda terlambat! Tidak, Anda sama
sekali belum terlambat. Di depan masih banyak yang harus Anda kerjakan.
Kalaupun Anda terlambat dan sudah separuh jalan, itu lebih baik daripada
Anda tidak melakukannya sama sekali.
Sementara itu banyak orang yang mengira
bahwa menggapai sesuatu itu sulit jika dipandang dari sudut pandang
orang lain. Misalnya, seorang buta huruf yang telah berumur 30 tahun
merasa malu apabila harus belajar membaca dan manulis, dan ini mustakhil
jika dilakukan oleh orang-orang yang seumur dia. Terlebih, pepatah Arab
ada yang menyatakan “Sudah terlanjur tua baru mau belajar”. Akan
tetapi, beda jauh dengan Muhammad Ali, pendiri Mesir moderen, yang baru
belajar membaca dan menulis Arab di usianya ke-54 tahun. Adz-Dzibyani
pun demikian, ia baru meluncurkan syair-syairnya ketika usianya telah
mencapai 60-an tahun. Filosof Jerman, Sopenhueur, baru terkenal justru
di usianya yang ke-70 tahun.
Jika memang demikian, maka yang membuat
Anda tidak dapat mewujudkan mimpi Anda justru Anda sendiri, dan bukan
kata “mustahil”. Kata ini pada hakikatnya tidak ada, dan Anda pun sama
sekali tidak terpengaruh jika Anda menganggapnya tidak ada. Maka, yang
membuat mustakhil itu adalah pikiran Anda. Pikiran itulah yang membuat
sesuatu yang sederhana menjadi sulit dan berat.
Mulai sekarang, hapuslah kata
“mustakhil” dari kamus hidup Anda yang justru membuat cita-cita Anda
goyah dan kemampuan melemah. Raihlah mimpi dan harapanmu!
Optimislah, karena mimpi dan ambisimu
itu akan terpampang nyata di matamu di suatu hari nanti. Sadarilah,
kadang sesuatu yang terlihat mustahil di hadapan banyak orang, tetapi
setelah ia dikejar dengan gigih dan diperjuangkan niscaya, ia akan
menjadi nyata.
Lantas, alasan apa lagi yang membuat Anda tidak optimis? |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar